Si aku ini termasuk orang 'kuper' alias kurang gaul. Nyatanya, sampai hari ini nggak nyadar kalo orang-orang pada sibuk nyiapin perayaan Valentine Day, aku juga ngga 'ngeh' di mana-mana banyak pernak-pernik khas Hari Kasih Sayang yang bernuansa pink dan berbentuk hati itu. Uh, Si aku ini bener-bener deh ngga gaul ya. Baru 'ngeh' klo orang pada heboh ngerayain Valentine, waktu para 'customer' nanya,"Bu, ngga Valentinan?" Dengan gaya meyakinkan, aku jawab ,"kalo ibu sih ngerayain valentine tiap hari, ngga perlu nunggu 14 Februari." "Kalian sendiri mau pada ke mana nih udah pada rapi?" Tanyaku dengan 'polos'nya. "Mo Valentinan,Bu!" Jawab mereka serempak. "Emang sekarang tanggal 14 Februari gituh?" tanyaku lagi(kelihatan sekali kan 'kuper'nya!)
Lagi-lagi dengan suara serempak ditambah pada ketawa (pastinya ngetawain kebloonanku!) mereka menjawab,"Ya, iyalah Bu sekarang tuh 14 Februari, makanya kami mo ke rumah teman, ngerayainnya. Yuk, kami pamit,Bu. Assalamu alaikum!"
Mereka pergi sambil masih ketawa-ketawa meninggalkan aku yang masih tertegun-tegun.
Ya, sejatinya bagi aku yang sudah setua ini,kasih sayang dan cinta tak ditebar dalam satu hari saja yang bernama 'Valentine', tapi tiap hari dan terus-menerus. Ngga mengenal istilah capek atau bosan untuk menebar cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk yang sedang membutuhkannya.Tidak terbatas kepada pacar atau suami saja;tidak juga hanya kepada keluarga maupun sahabat, tapi klo bisa sih ke seluruh makhluk hidup ciptaan-Nya.
Tapi terkadang banyak orang mempersempit makna 'kasih sayang'hanya sebatas untuk suami/istri, bahkan pacar.Padahal menurutku cinta itu amat luas maknanya, tidak terbatas sasarannya, karena menurutku layaknya cinta kasih Allah kepada semua makhluknya yang tiada batas, maka cinta kasih kita sebagai makhluknya pun mestinya tiada batas pula. Cinta itu fitrah dan anugrah yang indah dari Sang Maha Pencinta, ditempatkan-Nya cinta itu dalam jiwa setiap makhluk-Nya dalam kadar yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kapasitasnya masing-masing ruang dalam jiwa mereka.setiap ruang cinta dalam jiwa manusia itu akan terisi dengan rasa cinta yang berbeda-beda namanya sesuai dengan kehendak yang empunya tempat dan kepada siapa cinta kasih sayang itu mau diberikan.
Kurasa pada momen valentine day ini, alangkah indahnya bila setiap kita mau membuka pintu ruang-ruang penyimpanan cinta kita untuk menebarkan cinta yang kita miliki itu kepada siapa saja yang membutuhkannya. Dan lewat pintu ruang cinta itu pula kita harus membiarkan cinta yang lain menyelusup dan bersemayam dengan nyaman di dalam jiwa kita. Hingga cinta itu bersemi di masing-masing ruang cinta, mekar, merekah, dan menyebar menyelusup mengisi ruang cinta dalam jiwa yang lain.
Bila ruang- ruang cinta dalam jiwa setiap insan telah penuh dengan cinta kasih sayang, tak mustahil 'baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur' bisa kita rasakan.
Senin, 16 Februari 2009
Minggu, 15 Februari 2009
Kepada Sang Maha Pemaaf dan Maha Bijak
Tuhan, sesungguhnya aku tak ingin ada benci apalagi dendam bersemayam dalam ruang batinku. Tentunya Engkau lebih tahu dengan kemahatahuan-Mu itu bagaimana aku telah berusaha sungguh untuk belajar menahan diri dan perasaan , walau sakit nian hati ini.
Namun, Tuhan! Betapa pun sakit telah merambah ke seluruh relung hatiku, ternyata air mata tak lagi ada. Apakah rasa sakit di hatiku telah melebihi batasnya sehingga tak mampu lagi menyentuh sisi lain hatiku yasng beisi air mata kesedihan?
Ya, Allah!Maafkan aku, ternyata berat sungguh untuk menjadi manusia sabar. Berat sungguh untuk menjadi manusia ikhlas. Berat sungguh untuk menjadi manusia seperti yang Engkau harapkan.
Maafkan, maafkan aku ya, Tuhan!
Aku telah berusaha untuk memenuhi harapan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Namun, ternyata aku tak mampu!
Ya,Tuhan! masih adakah kesempatan kedua untukku?
Kalau sampai aku tak lagi punya kesempatan untuk bisa lebih baik dari hari ini, bolehkah aku mengajukan satu saja permintaan kepada-Mu ya, Allah?
Sebuah permintaan kecil saja, karena sebenarnya aku sudah terlalu malu untuk terus meminta kepada-Mu, boleh Tuhan?
Permohonanku semoga Engkau bisa mempertimbangkan segala upayaku sejauh ini untuk menjadi seperti yang Kauharapkan, agar dalam pandangan-Mu aku tak sejelek pandangan mereka.Sehingga andai waktuku telah tiba untuk bersua dengan Engkau Ya, Allah aku merasa tak lagi malu untuk menghambur ke dalam pelukan-Mu, bergelung dalam dekapan-Mu yang penuh kasih, istirah dalam keabadian damai-Mu.
Sejujurnya, aku rindu pada-Mu ya Tuhan. Namun, aku malu karena aku belum seperti yang Engkau harapkan.
Sekali lagi, maafkan aku ya.
Namun, Tuhan! Betapa pun sakit telah merambah ke seluruh relung hatiku, ternyata air mata tak lagi ada. Apakah rasa sakit di hatiku telah melebihi batasnya sehingga tak mampu lagi menyentuh sisi lain hatiku yasng beisi air mata kesedihan?
Ya, Allah!Maafkan aku, ternyata berat sungguh untuk menjadi manusia sabar. Berat sungguh untuk menjadi manusia ikhlas. Berat sungguh untuk menjadi manusia seperti yang Engkau harapkan.
Maafkan, maafkan aku ya, Tuhan!
Aku telah berusaha untuk memenuhi harapan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Namun, ternyata aku tak mampu!
Ya,Tuhan! masih adakah kesempatan kedua untukku?
Kalau sampai aku tak lagi punya kesempatan untuk bisa lebih baik dari hari ini, bolehkah aku mengajukan satu saja permintaan kepada-Mu ya, Allah?
Sebuah permintaan kecil saja, karena sebenarnya aku sudah terlalu malu untuk terus meminta kepada-Mu, boleh Tuhan?
Permohonanku semoga Engkau bisa mempertimbangkan segala upayaku sejauh ini untuk menjadi seperti yang Kauharapkan, agar dalam pandangan-Mu aku tak sejelek pandangan mereka.Sehingga andai waktuku telah tiba untuk bersua dengan Engkau Ya, Allah aku merasa tak lagi malu untuk menghambur ke dalam pelukan-Mu, bergelung dalam dekapan-Mu yang penuh kasih, istirah dalam keabadian damai-Mu.
Sejujurnya, aku rindu pada-Mu ya Tuhan. Namun, aku malu karena aku belum seperti yang Engkau harapkan.
Sekali lagi, maafkan aku ya.
Senin, 09 Februari 2009
Kontroversi PBS 1
Tadi malam aku lihat tayangan di tv one yang membahas film PBS.Malam kemarinnya lagi anakku ngasih tahu kalau di salah satu stasiun TV ada Hanung, sang sutradara film tersebut. Malam sebelumnya lagi muncul di acaranya Tukul Arwana. Belum lagi pemberitaan di media cetak dan komentar-komentar yang ditulis dalam blog ikut 'memanaskan' suasana jagad Nusantara yang sudah mulai panas juga oleh pemberitaan menjelang Pemilu.
Setelah saya perhatikan hampir semua komentar itu bernada 'miring' dan menyudutkan Sang Pembuat film, padahal film itu dibuat berdasarkan sebuah novel yang pastinya ada pembuatnya juga.Menurut aku ,yang awam dan berpikiran sederhana, kenapa nggak dihadirkan saja sekalian penulis novel, penulis skenario, dan sutradaranya sehingga dalam satu acara itu semua kepenasaran kita sebagai penonton terjawab langsung oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dengan keberadaan film tersebut, jangan 'by phone'. Bukankah film adalah hasil kerja sebuah tim?
Tapi apa mungkin begitu caranya ya mengemas suatu tontonan agar menarik perhatian pemirsa?
Setelah saya perhatikan hampir semua komentar itu bernada 'miring' dan menyudutkan Sang Pembuat film, padahal film itu dibuat berdasarkan sebuah novel yang pastinya ada pembuatnya juga.Menurut aku ,yang awam dan berpikiran sederhana, kenapa nggak dihadirkan saja sekalian penulis novel, penulis skenario, dan sutradaranya sehingga dalam satu acara itu semua kepenasaran kita sebagai penonton terjawab langsung oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dengan keberadaan film tersebut, jangan 'by phone'. Bukankah film adalah hasil kerja sebuah tim?
Tapi apa mungkin begitu caranya ya mengemas suatu tontonan agar menarik perhatian pemirsa?
Selasa, 27 Januari 2009
POJOK IBU
Rabu,28/01/2009
Anak-anakku bertanya kenapa blog pertamaku ini kunamai 'Pojok Ibu'. Sebetulnya sih aku sebarang saja menuliskan itu tanpa ada dasar filosofis apa pun. Masalahnya, waktu iseng nyoba langkah-langkah bikin blog itu, ga kepikir sedikit pun aku mau dinamai apa, apa yang mau ditulis di situ, bahkan apakah aku bisa berhasil atau tidak dalam mempraktikkan semua petunjuk pembuatan blog itu pun aku masih belum tahu. Mengingat kemampuan diriku sendiri dalam masalah komputer apalagi internet yang benar-benar berada' di bawah garis'kemampuan rata-rata orang.
Makanya, begitu aku berhasil aku sangat bangga dengan diriku sendiri itu. Spontan kunamai blog itu dengan 'Pojok Ibu' mengingat aku memang seorang emak-emak (Ibu) yang dalam kesehariannya beraktivitas di salah satu pojok rumah tempat meja kerjaku berada.
Namun, aku berharap walaupun aku 'emak-emak' yang (cuma) duduk di pojok rumah dalam aktivitas kesehariannya,semoga saja aktivitasku itu memberi manfaat khususnya kepada diriku sendiri. Kalau bisa bermanfaat bagi orang lain juga, mengapa tidak?
Anak-anakku bertanya kenapa blog pertamaku ini kunamai 'Pojok Ibu'. Sebetulnya sih aku sebarang saja menuliskan itu tanpa ada dasar filosofis apa pun. Masalahnya, waktu iseng nyoba langkah-langkah bikin blog itu, ga kepikir sedikit pun aku mau dinamai apa, apa yang mau ditulis di situ, bahkan apakah aku bisa berhasil atau tidak dalam mempraktikkan semua petunjuk pembuatan blog itu pun aku masih belum tahu. Mengingat kemampuan diriku sendiri dalam masalah komputer apalagi internet yang benar-benar berada' di bawah garis'kemampuan rata-rata orang.
Makanya, begitu aku berhasil aku sangat bangga dengan diriku sendiri itu. Spontan kunamai blog itu dengan 'Pojok Ibu' mengingat aku memang seorang emak-emak (Ibu) yang dalam kesehariannya beraktivitas di salah satu pojok rumah tempat meja kerjaku berada.
Namun, aku berharap walaupun aku 'emak-emak' yang (cuma) duduk di pojok rumah dalam aktivitas kesehariannya,semoga saja aktivitasku itu memberi manfaat khususnya kepada diriku sendiri. Kalau bisa bermanfaat bagi orang lain juga, mengapa tidak?
Senin, 26 Januari 2009
Belajar sepanjang hayat (2)
selasa, 27 Januari 2009
Aduh bener ya susah sekali belajar di usia menjelang senja seperti aku ini. Ya, kalo kata orang Bandung sih otak emak-emak seperti aku udah dalam tahapan hese inget gancang poho yang terjemahan bebasnya sih lemot alias lemah otak.
Baru tadi malam aku seneng banget bisa bikin blog sampai-sampai udah hampir tengah malam juga aku belum tidur saking senengnya ngutak-ngatik 'mainan' baru. Eh, paginya begitu aku mau coba bikin tulisan lagi, semua proses yang telah aku lakukan tadi malam itu ga ada satu pun yang bisa aku praktikan lagi, padahal semua tahapan yang aku catat sudah aku ikuti tapi tanpa hasil.
Sampai siang aku ga mau menyerah dulu, aku mau belajar sendiri tanpa minta bantuan sama anak-anakku. Tapi, akhirnya aku harus menyerah juga. Aku tetap harus teriak lagi minta bantuan mereka.
Yah, ternyata mau tidak mau aku sekarang sudah jadi anggota PDI yang bukan partai politik itu tapi kependekan dari Penurunan Daya Ingat alias Pikun.
Sedih? Ow, tentu saja aku sedih tapi aku tak mau menyerah pada kondisi itu. Masih banyak yang perlu aku syukuri dibandingkan menangisi kondisiku yang seperti itu. Aku harus bersyukur, saat Allah memberikan ujian kepadaku dengan penyakit, aku 'hanya' diberi sakit STROKE RINGAN. Aku harus bersyukur sakit stroke itu hanya menyebabkanku jadi anggota PDI tidak melumpuhkan otakku atau anggota badanku yang lain. Dan yang paling aku syukuri adalah aku masih diberi kesempatan hidup oleh-Nya sehingga aku masih bisa menemani anak-anakku tumbuh, berkembang, dan mandiri suatu hari nanti.
Sebagai salah satu tanda rasa syukurku pada-Nya itulah aku memacu diriku untuk terus belajar, belajar, dan belajar apa saja, kepada siapa saja.
Belajar apa saja kujadikan sebagai terapi untuk menjaga agar aku tidak kehilangan semua daya ingatku. Aku sudah merasakan dampak dari diambilnya kembali oleh yang punya itu, walau hanya sedikit dari yang diberikan-Nya untukku. Dengan demikian aku tidak boleh menyia-nyiakan yang masih disisakan banyak oleh-Nya.
Maka kepada siapa saja yang membaca tulisanku ini kuharapkan jangan bosan memberitahuku apa yang aku ga tahu, ya karena dengan demikian Anda semua telah ikut membantuku untuk sembuh. Untuk kembali normal mungkin tidak, tapi paling tidak yang tersisa di diri aku sekarang masih bisa bermanfaat bagi diriku sendiri dan semoga juga bagi orang lain.
Aduh bener ya susah sekali belajar di usia menjelang senja seperti aku ini. Ya, kalo kata orang Bandung sih otak emak-emak seperti aku udah dalam tahapan hese inget gancang poho yang terjemahan bebasnya sih lemot alias lemah otak.
Baru tadi malam aku seneng banget bisa bikin blog sampai-sampai udah hampir tengah malam juga aku belum tidur saking senengnya ngutak-ngatik 'mainan' baru. Eh, paginya begitu aku mau coba bikin tulisan lagi, semua proses yang telah aku lakukan tadi malam itu ga ada satu pun yang bisa aku praktikan lagi, padahal semua tahapan yang aku catat sudah aku ikuti tapi tanpa hasil.
Sampai siang aku ga mau menyerah dulu, aku mau belajar sendiri tanpa minta bantuan sama anak-anakku. Tapi, akhirnya aku harus menyerah juga. Aku tetap harus teriak lagi minta bantuan mereka.
Yah, ternyata mau tidak mau aku sekarang sudah jadi anggota PDI yang bukan partai politik itu tapi kependekan dari Penurunan Daya Ingat alias Pikun.
Sedih? Ow, tentu saja aku sedih tapi aku tak mau menyerah pada kondisi itu. Masih banyak yang perlu aku syukuri dibandingkan menangisi kondisiku yang seperti itu. Aku harus bersyukur, saat Allah memberikan ujian kepadaku dengan penyakit, aku 'hanya' diberi sakit STROKE RINGAN. Aku harus bersyukur sakit stroke itu hanya menyebabkanku jadi anggota PDI tidak melumpuhkan otakku atau anggota badanku yang lain. Dan yang paling aku syukuri adalah aku masih diberi kesempatan hidup oleh-Nya sehingga aku masih bisa menemani anak-anakku tumbuh, berkembang, dan mandiri suatu hari nanti.
Sebagai salah satu tanda rasa syukurku pada-Nya itulah aku memacu diriku untuk terus belajar, belajar, dan belajar apa saja, kepada siapa saja.
Belajar apa saja kujadikan sebagai terapi untuk menjaga agar aku tidak kehilangan semua daya ingatku. Aku sudah merasakan dampak dari diambilnya kembali oleh yang punya itu, walau hanya sedikit dari yang diberikan-Nya untukku. Dengan demikian aku tidak boleh menyia-nyiakan yang masih disisakan banyak oleh-Nya.
Maka kepada siapa saja yang membaca tulisanku ini kuharapkan jangan bosan memberitahuku apa yang aku ga tahu, ya karena dengan demikian Anda semua telah ikut membantuku untuk sembuh. Untuk kembali normal mungkin tidak, tapi paling tidak yang tersisa di diri aku sekarang masih bisa bermanfaat bagi diriku sendiri dan semoga juga bagi orang lain.
Belajar sepanjang hayat
Senin, 26 Januari 2009
Akhirnya, Alhamdulillah aku bisa juga bikin blog sendiri dengan instrukturnya anak-anakku. Wah, heboh deh jadinya. Kakak-adik bergiliran ngasih instruksi dari kanan-kiriku. Belum lagi Si Bungsu, putri semata wayangku ikut nimbrung minta perhatian dari semua. Dia agak 'jealous' karena perhatian kakak-kakaknya tertumpah semua kepada ibunya.
Ya, maklum ajalah aku termasuk ke dalam pepatah yang mengatakan "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa (tua?) bagai mengukir di atas air".
Nah, aku termasuk ke dalam kategori yang keduanya ,"belajar sesudah tua bagai mengukir di atas air". Ya, susah bener ngertinya sesusah mengukir di atas air. Semua yang diterangkan harus main catat dulu, lalu dicoba, salah, diterangkan lagi, catat lagi, dicoba lagi. Terus begitu sampai bisa.
Beruntunglah,aku punya anak-anak yang sabar dan telaten mengajariku, ibunya yang benar-benar 'gaptek', yang sehari-harinya cuma ngurusin masalah 'domestik', seputar dapur dan sumur menjadi melek teknologi sampai tahu komputer, tahu internet, sampai bisa ngeblog seperti ini.
Duh, terima kasih banyak, anak-anakku. Dengan bimbingan kalian cakrawala dunia ibumu terbentang tanpa batas.
Akhirnya, Alhamdulillah aku bisa juga bikin blog sendiri dengan instrukturnya anak-anakku. Wah, heboh deh jadinya. Kakak-adik bergiliran ngasih instruksi dari kanan-kiriku. Belum lagi Si Bungsu, putri semata wayangku ikut nimbrung minta perhatian dari semua. Dia agak 'jealous' karena perhatian kakak-kakaknya tertumpah semua kepada ibunya.
Ya, maklum ajalah aku termasuk ke dalam pepatah yang mengatakan "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa (tua?) bagai mengukir di atas air".
Nah, aku termasuk ke dalam kategori yang keduanya ,"belajar sesudah tua bagai mengukir di atas air". Ya, susah bener ngertinya sesusah mengukir di atas air. Semua yang diterangkan harus main catat dulu, lalu dicoba, salah, diterangkan lagi, catat lagi, dicoba lagi. Terus begitu sampai bisa.
Beruntunglah,aku punya anak-anak yang sabar dan telaten mengajariku, ibunya yang benar-benar 'gaptek', yang sehari-harinya cuma ngurusin masalah 'domestik', seputar dapur dan sumur menjadi melek teknologi sampai tahu komputer, tahu internet, sampai bisa ngeblog seperti ini.
Duh, terima kasih banyak, anak-anakku. Dengan bimbingan kalian cakrawala dunia ibumu terbentang tanpa batas.
Langganan:
Postingan (Atom)